Bahasa Indonesia Immersion Programme 2015
Sunday, July 5, 2015
Monday, June 29, 2015
Cafe Round Up
3 cafes that are worth your time if you're ever in this city.
1. Nox Coffee
http://www.noxcoffee.com/
What I had: single origin Enrekang (fr. South Sulawesi), brewed using a syphon brewer:
2. No. 27 Coffee
Single origin Rasuna (fr Sumatra)
3. Kopi Ketjil
Luwak Sipirok
V60
Gamelan #3 and #4
Sesungguhnya, saya tidak begitu suka Gamelan pada awalnya. Sebagai seseorang yang tidak punya pengalaman bermain musik, kalau saya diminta mengikuti notasi musik Barat pun susah, apalagi notasi Gamelan yang cukup berbeda.
Akan tetapi, lama-lama saya suka main Gamelan, khususnya alat musik Bonang. Siapa bisa membayangkan, 12 buah "panci" bisa membuat suara yang halus dan merdu!
Saya harus mengucapkan terima kasih kepada Mas Eko, guru saya yang mengajar saya dengan sabar :) Saya juga senang sekali bisa bermain gamelan dengan beberapa murid yang lain.
Inilah hasil dari 4 kelas Gamelan, suatu rekaman lagu tentang 'Jamu' yang saya berharap bisa berikan Anda kesan bagaimana suara Gamelan. Selamat menikmati:
Perak (Silver)
Hari ini, kelas perak.
Langkah-langkah untuk membuat suatu cincin:
1) Pertama-tama, perak dipotong memakai gunting.
2) Saya mau cincin diggoreskan dengan sesuatu yang bisa mengingatkan saya perjalanan ini:
3) Membakar.
4) Menghaluskan potongan perak menggunakan ampelas:
5) Memalu potongan perak sehingga berbentuk bulat
6) Melakukan patri (pria itu Mas Agus, guru kelas perak. Ada beberapa murid yang sedang membat perak juga sementara saya di kelas, dan Mas Agus bisa berkomunikasi dengan mereka memakai bahasa Inggris dan Perancis!)
7) Menyemir mengunnakan air dan sikat
8) Hasilnya seperti ini:
Monday, June 22, 2015
Wayang Kulit
Wayang adalah istilah umum yang mengacu pada semua jenis drama/teater yang menggunakan efek bayangan dan cahaya untuk menunjukkan sebuah cerita. Pertunjukkan itu diiringi oleh musik gamelan juga. Yang paling terkenal adalah wayang kulit, walaupun beberapa wayang yang lain juga bisa ditemukan di Indonesia, contohnya wayang beber, wayang klitik, wayang golek, dan wayang wong. Yang terakhir disebut, wayang wong, juga dikenal sebagai wayang orang, dan dari nama ini, mudah menyimpulkan bahwa jenis wayang ini tidak memakai boneka, malah menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokoh. Pernahkah Anda tahu bahwa Sendratari Ramayana (Ramayana Ballet) adalah semacam wayang wong? Saya belum tahu, dan dalam kelas saya di LB hari ini, guru Paskalis menjelaskan keterkaitan ini antara "Ramayana ballet", yang sudah saya lihat, dan "wayang".
Pada hari siang, saya ke Museum Sonobudoyo (untuk kedua kali) untuk belajar cara pembuatan wayang kulit. ("wayang kulit" juga dipakai untuk mengacu pada boneka yang diggunakan di pertunjukkan) Meskipun saya hanya membuatnya untuk 2 jam, setelah kelas itu, saya bisa membayangkan kesulitan dan keterampilan yang diperlukan untuk membuat sebuah wayang kulit.
Cara pembuatan tradisional, dan alat-alat yang dipakai pada dasarnya belum berubah banyak dari awal:
Pertama-tama, harus memotong sehelai bagian kulit (yang dibuat dari kulit kerbau):
Palu dan bilah diggunakan untuk memotong bentuk tokoh
Sesudah bentuk dipotong, rinci-rinci di dalam bentuk ini harus dipotong. Tokoh yang sedang dibuat adalah Semar. Menurut mitologi, dia seorang tokoh yang lucu tapi bijaksana:
Waktu tidak cukup! Jadi, inilah yang bisa saya buat:
Coba membayangkan, usaha yang diperlukan untuk membuat wayang kulit yang punya corak seperti ini:
Sesudah dipotong, wayang kulit juga diwarnai. Saya terkesiap ketika melihat hasilnya. Meski tidak punya uang untuk membelinya, setidaknya masih bisa mengambil foto!
Friday, June 19, 2015
Istakalista 96.2 FM
Pengalaman yg paling seru sejak datang ke Jogja - tadi saya adalah tamu untuk acara di stasiun Istakalista 96.2 FM ! Saya diwawancarai penyiar radio, Mbak Anna. Selama 1 jam kami ngobrol tentang jogja, saya ditanya kenapa pilih belajar bahasa Indonesia, kenapa mau datang ke Jogja, ada kesan apa saja tentang Jogja, dsb. Senang sekali namun saya sedikit gelisah selama wawancara itu karena takut bahasa Indonesia saya tidak cukup lancar!
Tuesday, June 16, 2015
Bungong Jeumpa (Kuliner Aceh)
What I had for lunch today at Bungong Jeumpa, located at Jalan Demangan Baru, just 3 minutes away from USD:
Teh tarik: RP 10,000
Teh tarik: RP 10,000
Nasi gurih + rendang sapi + sambal: RP 16,000
This is the food closest to the Singaporean palate that I've been able to find here. The teh tarik is 2x sweeter though. Nasi gurih is just like Nasi lemak but a little less coconut-y.
(Update: I went back the next day for breakfast and had a Kopi Aceh and Martabak Telur)
Subscribe to:
Posts (Atom)